Rabu, 16 November 2011

penyair dan rumah berdinding suram

izinkan aku menepi sejenak
melupakan rencana tentang rumah
dan tawa bocah-bocah
terlalu lelah kulewati jalan yang kau bentangkanan
sementara tanganku pun kerap kau lepaskan

aku ingin singgah diantara lenggang jalan
di sebuah rumah sederhana berdinding buram
lalu sejenak melupakanmu
yang selalu membuatku gemetar
memasuki pintu lain yang mungkin
akan membuka  ruang baru didadakuyang sesak

di beranda ini aku melihat daun daun yang gugur
yang berserakan dihalaman
dan nampak begitu ringan dalam buaian pagi
aku menyaksikan hujan dan cahaya yang berbeda
luruh bagaikan airmata para dewa
juga bunga-bunga yang tetap tumbuh
bahkan lebih kukuh dari candi yang kerap runtuh

seperti halnya perjalanan yang telah menimpa kita
dalam getir dan bahagia
melintasi sebentang jurang dan curam perbukitan
persinggahan ini pun menggemakan
peristiwa lain yang berjalinan pula

Tidak ada komentar:

Posting Komentar